• Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
  • Kode Etik Jurnalistik
Minggu, Agustus 3, 2025
  • Login
No Result
View All Result
NEWSLETTER
Narata
  • Home
  • News
  • Indepth
  • Komunitas
  • Lingkungan
  • Olahraga
  • Home
  • News
  • Indepth
  • Komunitas
  • Lingkungan
  • Olahraga
No Result
View All Result
Narata
No Result
View All Result

Suplai Karbon untuk Dunia Lewat Mangrove Culture Festival

by Rep
Juli 21, 2025
in Lingkungan
img 1550

Narata.co, Batubara – Hutan Mangrove di Kabupaten Batubara berpotensi menjadi penyerap karbon dioksida (CO2) salah satu terbesar di dunia. Dikarenakan Pemerintah Kabupaten Batubara terus-menerus melakukan upaya pelestarian hutan mangrove.

Sebagaimana diketahui, Kabupaten Batubara mempunyai panjang garis pantai sepanjang Km yang langsung berbatasan dengan Selat Malaka. 

Salah satu upaya pelestarian hutan mangrove dengan menggelar Mangrove Culture Festival pertama digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batubara berkolaborasi Yayasan Konservasi Pesisir Indonesia (Yakopi) di kawasan Pantai Sejarah.

Mangrove Culture Festival dibuka langsung Bupati Batubara, Baharuddin Siagian, dan Wakil Bupati, Syafrizal. Menanam pohon mangrove dilakukan Bupati, Wakil Bupati, Direktur Yakopi, unsur Forkopimda Batubara dan para penggiat pelestari pesisir sebagai wujud pelestarian hutan mangrove yang saat ini total hutan mangrove di Kabupaten Batubara seluas 576 hektare, dan akan terus diperluas sepanjang pesisir pantai yang diperkirakan bisa mencapai puluhan ribu hektare. 

Dengan luas hutan mangrove 576 hektare dan jumlah pohon mangrove dalam 1 hektare diperkirakan 2.500 per hektare, dan daya serap sekitar 6.048 ton karbon dioksida per hektare, sehingga dapat dikalkulasikan potensi saat ini hutan mangrove di Kabupaten Batubara dapat menyerap karbon dioksida sebanyak 3.483.648 ton. 

Bupati Batubara Baharuddin Siagian menekankan pentingnya pelestarian hutan mangrove. 

“Karena, hutan mangrove memiliki kemampuan menyerap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer, bahkan lebih efektif daripada hutan daratan. Proses ini terjadi melalui fotosintesis, dimana tumbuhan mangrove mengubah karbon anorganik (CO2) menjadi karbon organik dalam bentuk bahan vegetasi,” ujarnya.

Baharuddin menyebutkan, hutan mangrove di kawasan Pantai Sejarah tidak kalah baiknya dengan hutan mangrove di tempat lainnya. 

“Karena potensinya yang besar dan setiap beberapa periode musim (periode Oktober-Mei) burung-burung dari luar negeri yang sebagian besar dari Benua Australia yang melakukan imigrasi ke kawasan hutan mangrove di kawasan Pantai Sejarah,” sebutnya.

Baharuddin menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Batubara yang sudah ikut menjaga dan melestarikan hutan mangrove. Serta, menjaga burung-burung yang berimigrasi di kawasan hutan mangrove Pantai Sejarah.

Direktur Yakopi Eling Tuhono mengatakan Mangrove Culture Festival ini diawali dengan hibah yang diberikan oleh Kementerian Kebudayaan, dan alasan kenapa dilaksanakan di Batubara merupakan hasil analisa dan penilaian Yakopi, selain itu juga disebutkan karena kegiatan pertama Yakopi dilakukan di Pantai Sejarah.

“Ini merupakan langkah awal Yakopi kembali ke Kabupaten Batubara untuk bekerjasama dengan Pemkab Batubara melaksanakan Mangrove Culture Festival. Jadi Mangrove Culture Festival ini kami berusaha meramu, meramu tentang kegiatan restorasi kemudian menggabungkan dengan kebudayaan masyarakat terutama masyarakat pesisir dan tujuan akhirnya adalah menciptakan masyarakat yang sejahtera,” paparnya.

Ia juga mengucapkan terima kasih sekali kepada Bupati Batubara yang sudah dan akan mengagendakan kegiatan ini rutin setiap tahunnya.

“Kenapa harus mangrove, karena benteng utama masyarakat di pesisir adalah mangrove, yang merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat pesisir, masyarakat pesisir sangat identik dengan mangrove, jadi ini adalah benteng alami terutama terkait dengan perubahan iklim abrasi, kenaikan permukaan air laut, jadi benteng alami yang mudah dan memang bisa dilakukan masyarakat adalah dengan menanam pohon mangrove daripada membuat benteng laut yang membutuhkan biaya yang besar,” lanjutnya.

Mangrove merupakan sumber ekonomi bagi masyarakat. Jika mangrove hidup, maka akan banyak hewan yang bersimbiosis dengan mangrove akan ngikut nanti lambat laun.

“Ini merupakan progres jangka panjang yang memang butuh kesabaran, sebab itu Yakopi hadir bekerja sama dengan masyarakat, jadi selain menanam mangrove kita  juga harus perhatikan ekonomi masyarakat karena mangrove ini nanti akan berdampak minimal 3 sampai 10 tahun sehingga dampak ekonomi jelas, oleh sebab itu sambil menunggu Yakopi hadir membimbing masyarakat dengan meningkatkan potensi ekonomi masyarakat sekitar,” ungkapnya.

Tags: BatubaraDuniaKarbonLingkunganMangroveSumut
Rep

Rep

Next Post
13739c07 bb20 4083 bfbf e7634e97e972

Ketua DPC Pemuda Islam Diduga Diteror OTK, Rumah Dilempar Batu

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recommended

img 1691

Asesor UNESCO Terkesan Melihat Peninggalan Gunung Toba

1 minggu ago
Personel Polres Pelabuhan Belawan Patah saat Pengamanan Eksekusi Lahan

Personel Polres Pelabuhan Belawan Patah Kaki saat Pengamanan Eksekusi Lahan

2 minggu ago

Popular News

    • Redaksi
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    • Tentang Kami
    • Kode Etik Jurnalistik

    Copyright © 2025. Narata.co. All rights reserved.

    No Result
    View All Result
    • Home
    • News
    • Komunitas
    • Lingkungan
    • Indepth
    • Olahraga

    Copyright © 2025. Narata.co. All rights reserved.

    Welcome Back!

    Login to your account below

    Forgotten Password?

    Retrieve your password

    Please enter your username or email address to reset your password.

    Log In
    Are you sure want to unlock this post?
    Unlock left : 0
    Are you sure want to cancel subscription?