• Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Kontak Kami
  • Kebijakan Privasi
Minggu, Desember 7, 2025
  • Login
No Result
View All Result
NEWSLETTER
Narata
  • Home
  • News
  • Indepth
  • Komunitas
  • Lingkungan
  • Olahraga
  • Advertorial
  • Home
  • News
  • Indepth
  • Komunitas
  • Lingkungan
  • Olahraga
  • Advertorial
No Result
View All Result
Narata
No Result
View All Result

Pakar Ekologi Satwa Liar: Musang Luwak Punya Kelenjar Pandan, Berperan Jaga Ekosistem Hutan

by Redaksi
September 24, 2025
in Lingkungan
Musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus). (Foto: via Freepik)

Musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus). (Foto: via Freepik)

Narata.co – Musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus) bukan hanya dikenal karena perannya dalam menghasilkan kopi luwak. Satwa mamalia ini juga memiliki kelenjar unik yang mengeluarkan aroma mirip pandan, berfungsi untuk komunikasi sosial, reproduksi, hingga pertahanan diri.

Pakar ekologi satwa liar dari IPB University, Dr Abdul Haris Mustari, menjelaskan kelenjar beraroma pandan itu berada di pangkal ekor dekat anus serta bagian bawah perut.

“Kelenjar ini menghasilkan campuran protein, lemak, dan senyawa kimia volatil. Aroma khas ini dikenal sebagai pandan gland,” katanya, dikutip dari laman resmi IPB University, Rabu (24/9/2025).

Menurut Haris, aroma kelenjar pandan berfungsi menandai teritori, mengenali sesama, menarik pasangan, menghindari konflik, hingga memberi sinyal peringatan kepada predator.

Secara alami, musang luwak tersebar di Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan diintroduksi ke Sulawesi, Maluku, serta Nusa Tenggara. Namun, populasinya kini terancam akibat hilangnya habitat, perburuan, dan perdagangan.

“Sayangnya, populasi musang luwak terus menurun. Musang sering dianggap hama karena memangsa ternak unggas, padahal makanan alaminya adalah buah-buahan, reptil, dan pengerat. Justru musang berperan penting dalam pengendalian hama secara alami,” ujar Haris.

Selain itu, musang berperan menyebarkan biji tumbuhan melalui feses, sehingga mendukung regenerasi hutan. Musang bahkan membantu memecahkan dormansi benih palem seperti enau dan pinang hutan agar lebih cepat berkecambah.

Di sisi lain, musang juga memiliki nilai ekonomi, baik sebagai penghasil kopi luwak maupun bahan parfum dari aroma pandan alaminya.

Haris menegaskan penurunan populasi musang luwak dapat berdampak pada ekosistem, mulai dari ledakan hama hingga terganggunya regenerasi hutan.

“Musang luwak merupakan bagian dari kekayaan hayati yang harus dilestarikan. Biarkan mereka hidup dan berkembang biak secara alami agar ekosistem tetap seimbang,” katanya.

Tags: KonservasiLingkunganLingkungan-HidupLuwakMusangSatwa
Redaksi

Redaksi

Next Post
Petani membawa hasil tanaman dan poster saat unjuk rasa tuntut penyelesaian konflik agraria di Kantor Gubernur Sumatera Utara Jalan Diponegoro, Kota Medan, Rabu (24/09/2025). (Foto : narata.co/ Ghiyatuddin)

Menagih Janji Bobby Nasution Selesaikan Konflik Agraria di Sumut

Recommended

Chiki Fawzi (Foto: Narata/Dian Ajo)

Chiki Fawzi Ajak Influencer ‘Ramaikan’ Isu Kemanusiaan: Korban Bencana Butuh Makanan Hangat Siap Saji

4 hari ago
Pulau Padar di Taman Nasional Komodo, Provinsi Nusa Tenggara Timur. (Foto: Santa Barbara via Unsplash)

Kemenhut Pastikan Pembangunan Wisata di Pulau Padar Sesuai Aturan Konservasi

3 bulan ago

Popular News

    • Redaksi
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    • Tentang Kami
    • Kode Etik Jurnalistik
    • Kontak Kami
    • Kebijakan Privasi

    Copyright © 2025. Narata.co. All rights reserved.

    No Result
    View All Result
    • Home
    • News
    • Komunitas
    • Lingkungan
    • Indepth
    • Olahraga
    • Advertorial

    Copyright © 2025. Narata.co. All rights reserved.

    Welcome Back!

    Login to your account below

    Forgotten Password?

    Retrieve your password

    Please enter your username or email address to reset your password.

    Log In
    Are you sure want to unlock this post?
    Unlock left : 0
    Are you sure want to cancel subscription?