Narata.co, Jakarta – Tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sepanjang 2025 membuka peluang keuntungan modal (capital gain) bagi investor obligasi, terutama bagi mereka yang telah memegang surat berharga pemerintah sejak lama.
Sejak awal tahun, BI telah menurunkan suku bunga acuan (BI-Rate) sebanyak lima kali hingga berada di level 4,75 persen, sesuai keputusan rapat dewan gubernur pada 22 Oktober 2025. Kondisi ini membuat harga obligasi di pasar sekunder meningkat, sehingga investor berpeluang meraih keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual.
“Daya tarik capital gain ini jarang diketahui investor. Strateginya sederhana, yaitu membeli obligasi ketika harganya rendah dan menjual saat harga mulai naik akibat penurunan suku bunga,” ujar Head of IPOT Fund & Bond, Dody Mardiansyah, Jumat (24/10).
Dody menjelaskan, ketika suku bunga acuan turun, obligasi lama dengan kupon tetap menjadi lebih menarik karena memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan obligasi baru. Meningkatnya permintaan mendorong kenaikan harga jual obligasi, sehingga investor yang menjual pada harga lebih tinggi dapat memperoleh capital gain.
Ia mencontohkan pergerakan obligasi pemerintah seri FR0097 (jatuh tempo Juni 2043, kupon 7,125 persen). Investor yang membeli obligasi tersebut pada 1 Juni 2025 di harga 100,90 persen dan menjualnya pada 22 Oktober 2025 di harga 106,75 persen, memperoleh kenaikan harga bersih sebesar 5,85 persen.
Menurut Dody, besarnya potensi keuntungan juga dipengaruhi oleh durasi obligasi, yaitu sensitivitas harga terhadap perubahan suku bunga. Obligasi berdurasi panjang seperti FR0097 akan mengalami kenaikan harga yang lebih besar saat suku bunga turun dibandingkan obligasi berdurasi pendek.
“Obligasi dengan durasi panjang sangat strategis bagi investor yang memiliki keyakinan terhadap tren penurunan suku bunga, karena potensi kenaikan harganya lebih tinggi,” jelasnya.
Ia mendorong investor untuk lebih mencermati hubungan antara kebijakan moneter dan pasar obligasi, serta mempertimbangkan obligasi berdurasi panjang sebagai instrumen strategis guna memaksimalkan total return dari kombinasi kupon dan capital gain di tengah transisi kebijakan moneter saat ini.



