Narata.co, Batu Bara — Nurhayati, 69 tahun, tengah sibuk mempersiapkan tungku beserta beras ketan yang masih terendam di dalam wadah. Bersama pekerjanya, Nurhayati sesekali terlihat mencetak rengginang sembari memantau besaran api yang sudah menyala.
Aktivitas seperti ini jadi pemandangan biasa di rumahnya. Selepas salat subuh, Nurhayati mulai sibuk dari mengerjakan tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga (IRT) hingga kejar waktu menambah stok produksi rengginangnya.
Usaha rumahan rengginang milik Nurhayati sudah ada sejak tahun 1990. Berbekal sedikitnya usaha rengginang saat itu membuatnya berniat untuk terus mengembangkan usahanya tersebut.
Bersama suaminya, Nurhayati menjadikan bagian depan rumahnya sebagai tempat berjualan. Rengginang-rengginang yang tadinya sudah melewati proses pengeringan kemudian dimasukkan ke dalam keranjang lalu disusun di etalase untuk siap dijual.
Dengan memberdayakan 7 orang pekerja, Nurhayati mampu membuat sebanyak 100 kilogram beras ketan menjadi rengginang setiap harinya.
Melalui proses pengukusan kemudian dibentuk bulat pipih, rengginang-rengginang ini kemudian dijemur di bawah terik matahari. Apabila sore menyapa, rengginang pun siap untuk diangkat.
“Kalau hujan kita enggak buat karena gak bisa dijemur,” ucap Nurhayati.
Sampai kini Nurhayati terus mempertahankan usaha rengginangnya meski banyak bermunculan pedagang-pedagang lain. Dia juga mulai berinovasi dengan memberikan bermacam warna lalu mengombinasikan jenis ketan putih dan hitam.
“Supaya jadi daya tarik saja. Kalau dahulu cuma warna dasar dari ketan sekarang mulai bermacam warna,” kata Nurhayati saat diwawancarai di lapak dagangannya Jalan Desa Pahang Dusun 3, Kecamatan Talawi, Batubara, Kamis (7/8/2025).
Rengginang adalah kerupuk berbahan dasar beras ketan yang dikeringkan secara alami di bawah matahari. Makanan ini biasanya dikonsumsi sebagai camilan.
Banyak orang-orang menyukai rengginang karena rasanya yang gurih, selain buat camilan, rengginang juga bisa dijadikan oleh-oleh. Rengginang dengan berat satu kilogram dibanderol dengan harga Rp35 ribu.
Saat berkunjung ke warung usaha rengginangnya, Nurhayati mengaku jika pembelinya berasal dari berbagai daerah, baik masyarakat Kabupaten Batubara maupun dari luar daerah seperti Pekanbaru, Tebing Tinggi, dan Kota Medan.
Rengginang milik Nurhayati juga telah bersertifikat halal, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan konsumen saat mengonsumsinya.
Berkat konsistensinya berwirausaha, Nurhayati kini telah memiliki lebih dari satu usaha rengginangnya.