Narata.co — Guru Besar Ilmu Ekonomi dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University, Prof Eka Intan Kumala Putri, menyatakan konsep ekonomi sirkular menjadi solusi atas krisis ekologi global yang dipicu perubahan iklim, polusi, degradasi lingkungan, dan kelangkaan sumber daya.
Ekonomi sirkular adalah konsep sistem ekonomi yang berfokus pada pemanfaatan kembali sumber daya secara berkelanjutan. Ekonomi sirkular tidak hanya menjaga lingkungan, tapi juga bisa mendorong efisiensi ekonomi, membuka lapangan kerja baru, dan menciptakan industri yang lebih ramah lingkungan.
“Bank Dunia memperkirakan keruntuhan ekosistem akan menyebabkan kerugian hingga 2,7 triliun dolar AS per tahun,” ujar Eka seperti dikutip dalam laman resmi IPB University, Sabtu (16/8/2025).
Eka menjelaskan, ekonomi sirkular bertujuan memperpanjang usia pakai produk dan meningkatkan nilai bahan. Negara maju telah menerapkan bioekonomi dalam praktik ekonomi sirkular, sementara di Indonesia volume sampah domestik pada 2023 mencapai 68,5 juta ton, dengan hanya 7,8 persen yang berhasil didaur ulang.
“Penerapan ekonomi sirkular dapat diwujudkan melalui pembangunan bank sampah, pelarangan plastik sekali pakai, insentif bagi industri daur ulang, serta pemilahan sampah sejak tingkat rumah tangga,” jelas Eka.
Kendati demikian, Eka menilai penerapan ekonomi sirkular di Indonesia masih terkendala keterbatasan SDM, minimnya infrastruktur daur ulang, lemahnya pasar produk limbah, serta koordinasi lintas sektor. Integrasi lintas sektor dalam kebijakan ekonomi sirkular akan memperkuat legitimasi lingkungan sebagai sumber daya strategis bagi pembangunan nasional yang inklusif dan berkelanjutan.
“Banyak kota mengalami krisis pengelolaan sampah, bahkan TPA sudah hampir penuh. Karena itu, pemilahan sampah perlu ditetapkan sebagai kewajiban melalui peraturan daerah,” pungkas Eka.



