Narata.co, Tapanuli Selatan – Meski bukan pangan pokok, kolang kaling menjadi pangan alternatif bergizi dan berpotensi memperkuat ketahanan pangan nasional. Kolang kaling berasal dari pohon aren yang tumbuh subur di Indonesia.
Di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara (Sumut), aren (Arenga pinnata) memiliki peran penting dalam kearifan lokal, terkait erat dengan upacara adat dan kuliner khas daerah. Juga memiliki manfaat ekonomi yang beragam, mulai dari produksi gula aren, kolang kaling, hingga bahan baku industri.
Gula aren menjadi pemanis alami yang banyak digunakan. Sementara kolan kaling adalah produk makanan populer. Aren juga menghasilkan ijuk, lidi, dan batang yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan industri dan konstruksi, serta nira yang bisa diolah menjadi bioetanol.
Saat ini kolang kaling asal Kabupaten Tapanuli Selatan resmi menancapkan namanya di pasar ekspor Asia, menembus Vietnam, Filipina, dan Thailand. Produk yang diolah Koperasi Pemasaran Bona Ni Asar ini kini menjadi komoditas unggulan daerah dan penyumbang devisa nasional.
Kepala Satgas Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) Wilayah Sumatera Utara, La Ode Karsid, mengapresiasi keberhasilan koperasi tersebut. Ia menegaskan komitmen LPDB untuk terus mendukung pengembangan koperasi melalui program inkubator, pelatihan, fasilitasi pembiayaan, hingga memperluas jaringan pemasaran.
“Ini bukti nyata bahwa cita-cita Presiden Prabowo Subianto untuk memperkuat ekonomi desa mulai terwujud. Kolang-kaling Tapanuli Selatan bukan hanya bertahan di pasar lokal, tetapi juga bersaing di pasar internasional,” ucapnya, Sabtu (9/8/2025).
Manajer Unit Usaha Koperasi Bona Ni Asar, Muahammad Soum Hutasuhut mengatakan, ekspor kolang kaling ke Vietnam telah berjalan selama 2 tahun, dan permintaan pasar semakin meningkat pada saat menjelang Ramadan.
Kini, Pemkab Tapanuli Selatan bersama koperasi, kelompok tani, dan pelaku UMKM sepakat meluncurkan publikasi lebih luas agar semakin banyak masyarakat mengetahui potensi komoditas ini.
Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Tapsel, Novita Sari Wahyuni, berharap ke depan para petani bisa langsung bertemu pembeli luar negeri tanpa perantara.
“Kami ingin kolang-kaling ini terus eksis di pasar Asia dan menjadi ikon ekonomi Tapanuli Selatan,” ujarnya.
Turut hadir dalam acara seremonial pengiriman (ekspor) kolang kaling ke Vietnam, Ketua Koperasi Bona Ni Asar Faisal Reza Pardede serta anggota DPRD Kabupaten Tapanuli Selatan Dapil Sipirok-Angkola Timur, sejumlah pejabat daerah dan tokoh koperasi.
Keberhasilan ekspor ini diharapkan membawa optimisme baru bagi petani dan anggota koperasi untuk terus mengembangkan usaha berbasis potensi lokal.
Penjualan kolang kaling ini juga secara otomatis memberikan dampak positif pada perekonomian lokal di kabupaten Tapanuli Selatan. Semakin banyak masyarakat yang terlibat dalam produksi kolang kaling, maka semakin tinggi pula daya beli masyarakat setempat.
Peningkatan daya beli ini akan berdampak pada pertumbuhan sektor ekonomi lainnya, seperti perdagangan dan jasa di desa tersebut. Dengan demikian, kolang kaling menjadi katalisator bagi perkembangan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat desa.
Amri Yasin Nasution menuturkan, kolang kaling memiliki peran yang penting dalam ekonomi lokal Desa. Selain memberikan pendapatan kepada para petani, kolan kaling juga menjadi sumber pekerjaan bagi penduduk setempat.
Proses produksi kolang-kaling melibatkan banyak pekerjaan mulai dari pemanenan dari pohon aren, pemasakan, pengupasan, sortasi hingga proses pengolahan menjadi produk kuliner dan produk lainnya.
“Hal ini menciptakan lapangan kerja yang signifikan dan membantu mengurangi angka pengangguran di desa,” pungkasnya.