Narata.co, Pekanbaru – Kepala Balai Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Heru Sutmantoro, mengungkapkan penyebab kematian gajah Sumatera bernama Tari. Tari mati disebabkan oleh virus Elephant Endotheliotropic Herpesviruses (EEHv).
Dari hasil pemeriksaan laboratorium di Bogor menunjukkan bahwa organ hati gajah Tari terinfeksi virus EEHv.
Virus EEHv adalah virus herpes yang ditemukan pada gajah, baik gajah Asia maupun Afrika. Virus ini menyebabkan penyakit hemoragik yang parah dan seringkali fatal.
Heru Sutmantoro mengatakan, EEHv yang menjangkiti anak gajah akan berkembang dengan sangat cepat dan menyebabkan kematian.
“Pengalaman kami di Aceh, virus ini dari mulai timbul gejala sampai gajah mati itu hanya butuh waktu empat jam. Kami sudah berupaya maksimal dengan memberikan infus dan nutrisi, tetapi gajah tersebut tidak bisa bertahan,” kata Heru, melalui siaran pers, Senin (15/9/2025).
Dijelaskan Heru, salah satu tantangan terbesar dalam penanganan EEHV adalah kecepatan serangan virus yang luar biasa.
Gajah yang terinfeksi bisa menunjukkan gejala ringan seperti lesu atau hilangnya nafsu makan, namun kondisi mereka bisa memburuk drastis dalam hitungan jam.
Hingga kini, Heru menyebutkan belum ada vaksin yang efektif untuk mencegah penularan virus ini. “Yang jelas, sampai saat ini belum ada vaksin efektif yang bisa menghambat virus itu,” ucapnya.
Kendati demikian untuk menghadapi ancaman EEHv, Balai TNTN melakukan berbagai upaya pencegahan mulai dari sanitasi, kebersihan lingkungan serta melakukan uji lab sampel kesehatan gajah.
“Kami memerintahkan dokter hewan untuk langsung melakukan uji lab sampel seperti air liur dan darah jika ada gajah yang menunjukkan gejala sakit,” jelasnya
Lanjutnya, Heru juga mengakui adanya tantangan besar dalam upaya pencegahan.
Berbeda dengan gajah di kebun binatang, gajah di Balai TNTN hidup dalam kondisi semi-liar di hutan. “Gajah kita kan semi liar ya, jadi memang hidupnya di hutan. Itu yang agak susah kita mengkondisikan seperti di kebun binatang,” ungkapnya.
Menurut Heru bahwa kunci utama dalam menghadapi serangan virus ini adalah daya tahan tubuh gajah.
“Kalau memang ada virus itu, tapi memang tergantung daya tahan tubuh. Kalau daya tahan tubuh gajah kuat bisa menghadapi serangan virus itu. Cuma kalau lemah, bisa masuk,” sebutnya.
Balai TNTN sampai kini memberikan suplemen tambahan seperti vitamin dan mineral untuk meningkatkan imunitas gajah-gajah yang ada.
“Makanya kita upayakan semaksimal mungkin,” katanya
Saat ini terdapat tujuh ekor gajah di flying squad TNTN yang masih menjadi perhatian khusus. Selain Domang yang masih anak-anak, ada pula gajah-gajah remaja seperti Imbo, Tesso, dan Harmoni yang usianya masih di bawah sepuluh tahun dan juga rentan terhadap virus EEHv.
Sebelumnya, pada Rabu (10/09/2025) anak gajah di TNTN Riau bernama Kalistha Lestari atau Tari mati dengan konsisi perut sedikit menggembung.



