Narata.co – Kasus keracunan yang menimpa 24 siswa dan satu guru di SDN 12 Benua Kayong, Ketapang, Kalimantan Barat, akibat mengonsumsi ikan hiu goreng menu makan bergizi gratis (MBG), mendapat sorotan dari akademisi IPB University.
Dosen Sekolah Vokasi IPB University, Rosyda Diana, menegaskan bahwa ikan hiu bukan bahan pangan yang aman, terutama bagi anak-anak, karena kandungan logam berat di dalamnya.
“Hiu adalah predator puncak yang mudah mengakumulasi merkuri, arsenik, dan timbal melalui proses biomagnifikasi. Akumulasi ini menjadikan daging hiu berbahaya jika dikonsumsi manusia,” ujar Rosyda dalam siaran pers, Minggu (5/10/2025).
Rosyda menjelaskan biomagnifikasi adalah proses meningkatnya zat beracun di rantai makanan. Merkuri dari laut diserap tumbuhan laut, berpindah ke ikan kecil, lalu menumpuk di tubuh hiu.
“Kandungan metil merkuri pada hiu bersifat toksik dan bisa menyebabkan mual, muntah, sakit kepala, hingga gangguan saraf. Anak-anak sangat rentan terhadap efek ini,” ungkapnya.
Baca juga: Pakar Ekologi Satwa Liar: Musang Luwak Punya Kelenjar Pandan, Berperan Jaga Ekosistem Hutan
Selain merkuri, bagian sirip hiu juga diketahui mengandung arsenik dalam kadar tinggi yang dapat merusak hati, ginjal, kulit, dan paru-paru. Sementara timbal bisa menimbulkan gejala kejang hingga kematian.
“Pemilihan ikan hiu sebagai bahan menu MBG jelas tidak tepat, apalagi untuk konsumsi anak sekolah,” tegasnya.
Ia menyarankan agar penyusunan menu anak-anak mengikuti prinsip B2SA: beragam, bergizi, seimbang, dan aman. “Makanan harus berasal dari bahan yang aman, disukai anak-anak, dan sesuai kemampuan daya beli masyarakat,” katanya.
Rosyda juga menekankan pentingnya kebersihan dapur dan distribusi makanan yang tepat. Dapur sekolah harus bebas kontaminasi, memiliki fasilitas cuci tangan, dan menerapkan pemisahan bahan mentah serta matang.
“Kasus di Ketapang menjadi pelajaran penting agar sekolah, penyedia jasa boga, dan masyarakat lebih berhati-hati dalam memilih serta mengelola pangan. Anak-anak tidak boleh menjadi korban kelalaian,” pungkasnya.



